Hatiku sedang kacau. Seketika terlintas bayangan pria masa laluku. Hai pria masa lalu, bagaimanakah kabarmu sekarang? Nampaknya sekarang kau telah jauh berbeda, tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang memilih luar kota sebagai tempatmu melanjutkan pendidikan. Rasanya baru kali ini aku teringat akan dirimu kembali, setelah sekian lama kau tak pernah mampir di setiap mimpiku. Kini kita terpisah oleh jarak ratusan meter. Tak ada kabar darimu, kau menghilang bagai
Dulu kau adalah laki-laki tampan dengan kacamata yang senantiasa menemanimu kemanapun kau pergi. Begitu banyak perempuan yang menyukaimu, begitupun aku. Karena kau pintar, sholeh, tampan, dan ya...kau adalah lelaki impian. Sedangkan aku? Aku hanyalah seorang perempuan sederhana dan tak ada yang bisa dibanggakan dariku. Namun kini kita berproses dalam waktu, bertambah dewasa dalam takdir yang kita jalani kini. Tak ada lagi yang sama seperti dahulu, semua telah berubah. Berbeda.
Ceritakan padaku, apa yang kau alami selama kau meninggalkan aku? Apakah kau bahagia? Atau...ah tidak, aku tak ingin berprasangka buruk. Aku yakin, kau selalu bahagia karena kebahagiaanmu masih kupanjatkan dalam setiap doaku. Kita sudah lama tak bertatap muka, tapi aku tak pernah lupa pancaran sinar matamu saat kau menatapku dengan penuh makna. Aku tak bisa melupakan senyummu yang selalu membuatku penuh tanya. Tak ada ungkapan yang pas untuk mendeskripsikan perasaanku kepadamu. Aku juga masih ingat cara tertawamu yang aneh itu hehe. Mulutmu terbuka lebar, namun tak ada suara yang keluar. Tawamu hening hahaha. Sadarkah kamu, terkadang kamu meneteskan air mata saat tertawa? Mukamu memerah dan tetap tanpa suara, hening. Kau memang aneh, dan aku suka kamu.
Apakah kamu masih ingat, kamu selalu menungguku didepan kelas seperti preman yang sedang mencari mangsa untuk dijadikan sasarannya? haha. Ya, dulu kau selalu menungguku didepan kelasku saat bel pulang sekolah berbunyi. Kau tersenyum lebar kepadaku. Kita selalu pulang bersama, kamu memboncengku dengan motor kesayanganmu. Bahkan aku masih ingat kenakalanmu dulu. Kau selalu melarikanku kesuatu tempat sebelum mengantarkanku kembali kerumah. Aku rindu masa-masa itu. Masa-masa SMA yang kuhabiskan bersamamu selama tiga tahun. Hingga akhirnya keindahan itu berubah menjadi perih saat aku mengetahui kamu melanjutkan sekolah di luar kota.
Aku jadi ingat percakapan antara kita tentang rencanamu pindah.
"Setelah lulus SMA kamu mau ngelanjutin dimana, dek?"
"Aku...akan melanjutkan kuliah disini, mas. Mas juga disini kan?"
"Enggak, dek, aku akan melanjutkan pendidikan di luar kota."
"Kenapa? Berarti kita nggak bisa ketemu lagi dong, mas?"
"Karna cita-citaku ada disana. Aku sudah bertekad sejak aku masih SMP."
"Tapi...." Nafasku tercekat, aku tak bisa berkata apa-apa. Air mata menjelaskan kesedihanku.
"Aku akan kembali, untuk kamu."
"Janji?"
"Ya, janji jari kelingking! hehehe."
Kita saling mengaitkan jari kelingking kita. Entah mengapa waktu itu aku merasa lega dengan ucapanmu itu. Aku rindu akan kebodohan-kebodohan kecil yang selalu kita lakukan dulu. Mungkinkah ingatanmu masih sepertiku? Ataukah, kamu sudah lupa dengan semua itu?
Dreet..dreet..
Handphoneku berdering. Sial! Mengganggu orang sedang berkhayal saja -_- Aku ingin melanjutkan memikirkannya kembali. Tapi nampaknya handphone tidak bisa diajak kompromi, terus bergetar. Aku kesal dan terpaksa menerima telepon entah dari siapa itu.
"Halo...Siapa ya? Ini nivita, ada yang bisa dibantu?"
Hening.
Seorang diujung sana membuatku kesal -_- Lama dalam diam.
"Duh, kalo iseng mending gak usah telepon deh! Aku tutup nih teleponnya!"
"Eeeeeh...jangan! I...Ini aku, dek. Emh apa kamu masih ingat aku?" Suaranya tampak ragu. Rasa-rasanya aku tak asing dengan suara orang diujung sana. Deg. Tiba-tiba pria itu muncul dipikiranku. Jantungku berdegup kencang, seperti dilempar dari langit ketujuh dan jatuh diatas trampolin. Sungguh aku masih tak yakin dengan prasangkaku. Tuhan...benarkah ini dia?
"M...Mas Rio?"
"Ternyata kamu masih ingat dengan suaraku dek hehe. Iya, ini aku, Rio. Bagaimana kabarmu?"
Dugaanku benar. Apakah ini yang namanya jodoh? Ah...tidak, mungkin ini hanya kebetulan. Baru saja aku melamun tentangnya, sekarang aku sedang berbicara dengannya lewat telepon. Aku mencubit pipiku. Aw! Ternyata sakit juga -_- Wuuuuw! Rasanya seperti berada di rollcoaster pada puncak tertinggi, diam sejenak, lalu "WOW!" jantungku rasanya mau copot. Sungguh tak ku sangka.
"Baik, mas. Mas sendiri apa kabar? Gimana kuliahnya?"
"Alhamdulillah, aku juga baik-baik aja, dek. Aku sedang ada di Surabaya, dek hehe."
"Oh ya? Kapan datang? Kok baru kasih kabar sih?"
"Baru hari ini kok, dek. Emh dek, sabtu besok kamu ada acara nggak?"
Stay cool, Niv. Dia cuma tanya bro. Gak usah GR dulu deh, santai aja...
"Nggak ada, mas. Kebetulan kosong, kenapa?"
"Bisa ikut aku? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan."
"Oke..."
"Aku jemput kamu besok pukul 7 malam, ya?"
"Siap, bos! hehe."
"Ya sudah, dek. Sampai ketemu besok ya."
"Iya, mas."
"Selamat malam."
"Malam."
Tut...tut...tut...
Ada apa ya dia mengajakku? Mengapa tiba-tiba? Mengapa kebetulan ini sungguh "kebetulan" hehehe. Ah...sudahlah, lebih baik aku beristirahat, besok adalah pertemuanku yang pertama setelah sekian lama dia meninggalkanku.
*Sabtu, pukul 5 pagi*
Mataku terasa berat, seperti ada gajah yang sedang menindihinya -_- Aku mencoba bangun, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Handphoneku. Benar saja, aku mendapati sebuah sms dari nomor tak ku kenal. Saat aku buka, pesannya berisi :
Pagi, Nivita :) Jangan lupa persiapkan dirimu untuk nanti malam ya! Aku jemput kamu jam 7, nanti malam. Bye.
Aduh...kenapa harus diingatkan? Perasaanku makin tak karuan -_- Aku sendiri tak tahu ini perasaan apa? Mungkin, cintaku bersemi kembali, namun aku belum berani menyatakan ini. Kubiarkan pesan darinya, aku bingung mau membalas apa hehe.
Oh Tuhan..mengapa waktu berjalan begitu cepat? Apa waktu tak pernah lelah terus berjalan tanpa pernah istirahat? -_- Aku tak berani melihat jam, karna aku tahu waktu semakin mendekati pukul 7 malam. Aku belum siap untuk malam ini! Aku belum siap menemuinya, aku takut terlihat gugup dihadapannya ._. Pagi berganti siang, siangpun temakan oleh sore, dan kini sore tergeser oleh malam. Beberapa jam lagi, dia akan datang menjemputku, namun aku masih terdiam memikirkan apa yang akan terjadi nanti.
Tak ada yang perlu ditunggu, aku segera bergegas berdandan.
*Pukul 7 malam*
Ternyata dia telah menungguku diruang tamu sejak tadi. Jantungku mulai berdebar (lagi). Entahlah, mengapa setiap pertemuan dengannya jantungku selalu berdegup kencang sperti genderang mau perang hehehe. Relax, Niv...dia masih sama seperti yang dulu kok. Hati kecilku coba menenangkanku. Fiuh...dengan mengenakan gaun yang terbaik (menurutku), satu demi satu anak tangga aku turuni, hingga akhirnya aku berhenti dihadapan seorang pria tampan yang malam ini semakin terlihat tampan.
Mata kami bertemu. Kamipun terdiam, saling memangdang satu sama lain. Tak ada komentar. Aku hanya bisa tersenyum, tak mampu berkata-kata. Aku masih tak percaya, dia datang kembali menepati janjinya untukku :')
Dia memulai percakapan.
"Subhanallah, kamu cantik sekali malam ini." Tersirat wajah kagum darinya, dan aku selalu tersipu malu jika ia tersenyum kearahku.
"Terimakasih, mas juga terlihat tampan."
"Ah..kamu bisa aja. Ayo berangkat."
Malam itu terasa indah. Indah sekali. Bulan dan bintang seakan iri denganku malam ini. Ya, hanya aku dan dialah pemilik malam ini, hanya kita berdua :)
Kita sudah sampai, sejauh mata memandang tak ada yang istimewa. Sebenarnya tempat apa ini? Padang rumput yang luas, tak ada yang istimewa disini.
"Nah, kita sampai. Tutup mata dulu ya, ikutin aku aja."
"Eh...mau kemana?"
"Sudah, nurut aja."
Aku berjalan dan terus berjalan dalam gelap, dalam arahannya. Dia menggenggamku erat. Udara disini dengin sekali. Angin berhembus ditelingaku, seakan berbicara padaku. Jantungku berdebar kencang. Aku takut dia mendengar detak jantungku. Jangan sampai dia mendengar detak jantungku yang begitu kencang! hati kecilku terus berceloteh, menghilangkan rasa gugup hehe.
Kenapa lama sekali? Sejauh apa tempat yang akan kita tuju? Mengapa mataku harus ditutup? Aduh...jangan biarkan semakin banyak pertanyaan tak jelas yang keluar dari otakku. Cepatlah!
"Nah, kalo aku udah ngitung satu sampe tiga, nanti hitungan ketiga kamu buka mata ya."
"Okedeeeh, cepetan dong mas!"
"Sabar...satu, dua, tiga. Silahkan buka mata."
Oh Tuhan, apakah ini kenyataan? Ini bukan mimpikan? Apa yang ada didepan mataku...semua nyata.
Ribuan lilin didepanku membentuk huruf R dan N, inisial kita berdua. Dibelangku tertata sebuah meja dan dua buah kursi berwarna putih yang disekelilingnya bertaburan bunga mawar merah. Diatas meja terlah tersaji hidangan makan malam.
Tubuhku lemas, seakan tak mampu lagi untuk berdiri. Aku tak bisa menahan air mata yang sedaritadi telah antri untuk keluar. Merekapun menerobos, keluar tak beraturan. Aku masih tak habis pikir, pria disebelahku ini ternyata masih tetap sama seperti dahulu, selalu membuatku bahagia.
"Kok nangis?"
"Kapan mas persiapkan ini semua? Ini lebih dari indah."
"Baguslah kalau kamu suka, artinya kerja kerasku berhasil hehe."
"Mas....terimakasih, kamu selalu buat aku bahagia dengan kejutan kejutan yang kamu kasih. Ternyata, kamu masih ingat ya sama janjimu hehe."
"Tentu, karena aku sayang kamu."
"Aku juga"
"Malam ini, alam jadi saksi. Dunia patut iri kepadaku."
"Kenapa?"
"Karena tuhan hanya memberikan kamu untuk aku, bukan yang lain!"
"Dasar, bocah! hahahaha"
Kita tertawa bersama, bergurau, membicarakan lugunya kita dimasa lalu, menghabiskan waktu bersama. Bulan dan bintang menyaksikan kita. Mereka menjadi saksi.
Tuhan terimakasih atas karunia terindah yang pernah kau berikan padaku, aku akan menjaganya. Tak akan ku biarkan dia pergi (lagi)!
Malam ini berbeda. Baru kali ini aku merasakan waktu berhenti berberputar. Seakan akan didunia ini hanya ada "Aku dan Dia".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar