Sabtu, 10 September 2011

I have to wait for my love? or I should forget my love?

Bagai tersambar petir disiang bolong, bagai terhujam sembilu hati ini saat membaca sebaris status yang ditulis seseorang di jejaring sosial ‘facebook’. Sama sekali diluar dugaan, aku hanya bisa terdiam sambil mengulang membaca, dan bertanya, benarkah ini ?
Tanpa sadar kau telah menjilat ludahmu sendiri, kau lupa dengan semua janjimu saat itu.Kini kau ungkap sendiri kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan yang selama ini kau tutupi dengan berbagai alasan dan jawaban klasik ‘tidak tahu’, setiap kali aku menanyakan kedekatanmu dengannya dan komen komennya di ‘Facebook’.
Walau tak menduga sebelumnya bila kau mampu membuat status seperti itu, aku menyikapinya dengan sikap dewasa. Aku tenangkan diri, aku ambil HP dan kukirimkan sebuah pesan singkat ucapan selamat, turut berbahagia dan sedikit do’a kecil.
Sejujurnya aku tak mampu menutupi rasa kecewa dan juga luka hatiku. Karena aku masih menaruh asa dan cinta padamu. Tapi ketentuanNYA sudah berlaku, aku tidak boleh egois. Bila saat ini kau memilih yang lain aku harus ikhlas. Ini adalah yang terbaik dariNYA untuk kita berdua.
Sejarah telah terukir, kebersamaan kita tak mungkin dipungkiri, cinta sudah terjalin, sayangpun telah mengalir, mengakar dalam lubuk hati. Semua ini akan kusimpan, disimpan tidak berarti dilupakan tetapi tersimpan sebagai sebuah kenangan. Kenangan untuk menata diri agar bisa lebih baik lagi.
Sejujurnya , hingga kini aku masih menaruh asa dan cinta padamu.. aku tak dapat menghapusnya dari hatiku.


Namun aku telah bertekat bahwa AKU AKAN SELALU MENJAGA RASA CINTAKU KEPADAMU , AKU AKAN MENUNGGUMU SAMPAI KAPANPUN HINGGA KAU SADAR AKAN KEHADIRANKU SELAMA INI :')